Monday, April 11, 2011

Kualitas dan Manajemen Air di Peternakan Broiler


Pendahuluan
Air merupakan nutrien yang esensial pada ayam, kekurangan atau kelebihan konsumsi air minum mempunyai efek yang besar terhadap performa ayam. Namun demikian air tidak hanya berfungsi sebagai nutrien, tetapi air juga merupakan komponen utama darah, sebagai alat transportasi dalam tubuh ayam, berfungsi untuk memperlunak pakan, membantu dalam proses pencernaan dan penyerapan nutrisi lainnya serta sebagai penyeimbang suhu tubuh. Dalam hal lain air juga bercampur dengan kotoran (pembawa) dan dibutuhkan dalam reaksi-reaksi tertentu seperti dalam proses pembentukan daging dan telur, serta reaksi enzymatic lainnya. Sementara itu tubuh ayam sendiri mengandung 70% air, dan pada DOC kandungan airnya bisa mencapai 85%.
Konsumsi air pada ayam juga tidak sedikit, secara umum konsumsi air besarnya 2 x konsumsi pakan. Ayam jantan juga mimum air lebih banyak dibandingkan ayam betina, begitu juga dengan umur (berat badan); ayam tua lebih banyak membutuhkan air dibandingkan ayam muda. Selain faktor internal dari ayam itu sendiri faktor lingkungan juga sangat berpengaruh terhadap konsumsi air. Beberapa ahli menyebutkan bahwa pada suhu diatas 21o C, kenaikan suhu 1oC akan meningkatkan konsumsi air 6-7%.
Beberapa Hal Penting Berkaitan dengan Air di Peternakan :
Paling tidak ada 3 hal yang di perhatikan kaitanya dengan air di peternakan yaitu :
Jaminan Ketersediaan
Ketersediaan air harus dijamin disuatu peternakan, baik dari sumur bor maupun sumur resapan. Sebelum membuat sumur harus di perhitungkan berpa banyak populasi ayam yang di pelihara dan lokasi peternakan. Dibeberapa lokasi pembuatan sumur harus lebih dalam dibandingkan dengan lokasi lain, tergantung dari ketinggian dan ketersediaan air tanah. Saat ini pada saat musim hujan ketersediaan air tanah sangat berlimpah, namun pada saat musim kemarau seringkali beberapa peternakan kekurangan air. Oleh karena itu perlu juga di sediaan tandon air (penyimpanan utama) dan bak-bak di kandang untuk penyimpanan dan ketersidaan air pada musim atau kondisi tertentu. Debit air juga harus di perhitungkan berdasarkan konsumsi air mimum dan populasi ayam yang di pelihara dan harus di perhitungkan juga untuk sanitasi peralatan khususnya yang menggunaan tempat air minum manual. Tabel berikut adalah kebutuhan air beberapa jenis unggas.
Tabel 1. Konsumsi Air (liter/hari)

Kualitas Air
Fisik air adalah parameter pertama untuk menjamin kualitas air di peternakan, namun demikian air yang jernih dan kelihatan bagus oleh mata; tidak berbau dan berasa tidaklah menjamin bahwa kualitasnya sesuai untuk peternakan. Tentu saja semuanya harus di cek di Laboratorium untuk memastikan. Hal ini penting sekali untuk diketahui peternak, karena kualitas air yang rendah bisa menghambat pertumbuhan, mengurangi produksi telur atau kualitas telur. Contohnya; FCR di pengaruhi oleh kandungan sulfat, copper, Na, Ca dan Chloride dalama air. Sedangkan berat badan berkorelasi negatif dengan hardness dan kandungan oksigen, kandungan bakteri dan pH jika kurang dari 6. Tabel 2 adalah petunjuk untuk mengetahui apakah kualitas air di suatu peternakan baik atau tidak.
Jika hasil uji di laboratorium menunjukan bahwa ada beberapa parameter yang tidak memenuhi standar atau nilainya terlalu tinggi, maka sebaiknya peternak melakukan treatment tertentu terhadap air tersebut. Beberapa hal yang bisa dilakukan antara lain:
1.
Filtrasi

Diperlukan untuk mengurangi kandungan bahan organik dan kekeruhan air.
2.
Chlorinasi

Metode ini paling populer di peternakan untuk menghilangkan kandungan bakteri, lumpur dan pertumbuhan alga dalam saluran air serta menghilangkan nitrite, fe, manganese dan sulfur. Jika dilakukan secara terus menerus bisa menyebabkan korosif pada bahan-bahan yang terbuat dari besi dan mengurangi efektifitas program pengobatan. Namun demikian clorinasi secara terus menerus sebesar 3-5 ppm memang di perlukan untuk mengontrol jumlah bakteri coliform dalam air sebelum di konsumsi oleh ayam. Sebaiknya peternak menggunakan Sodium clorite untuk clorinasi, dengan pertimbangan sodium mudah larut dalam air di bandingkan calsium. Kedepannya clorinator sangat di perlukan untuk menjamin bahwa dosis yang diberikan selalu sama setiap waktu, dan kadar clorine dalam air stabil.
3.
Ozonisasi

Metode belum banyak dilakukan di peternakan, karena investasinya cukup mahal
Tabel 2. Standart Kualitas Air untuk Peternakan
Selain dari faktor penentu kualitas air yang disebut di atas, suhu air juga perlu dimonitoring. Jika suhu air diatas 26.7oC maka konsumsi air akan menurun, tentu saja ini bisa mengakibatkan pertambahan bobot badan harian turun. Untuk praktisnya jika dalam setiap harinya suhu air lebih dari 24 oC, bisa jadi diperlukan metode tertentu untuk mendinginkan air terutama pada musim panas. Selain itu air yang dingin bisa mengurangi stres panas dan meningkatkan performan ayam broiler.
Peralatan dan Manajemen

Sebaiknya sumber air (sumur) tidak hanya satu, terutama jika peternakannya besar. Hal tersebut untuk menghindari kekurangan air pada saat ada kerusakan pompa air atau perlu pembersihan jalur distribusi air. Jalur distribusi air dari sumur menuju tandon utama juga harus mudah dibersihkan sewaktu-waktu, hal ini mengingat bahwa lumut (alga) sangat mudah tumbuh dalam air. Begitu juga dengan jalur distribusi air dari tandon utama ke bak-bak kandang.
Sanitasi tempat penampungan air dalam jalur distribusi harus dilakukan secara rutin dan berkala. Pada saat itu perlu dicek kondisi kualitas air sebelum dilakukan sanitasi dibandingkan setelah dilakukan sanitasi dan juga setelah dilakukan treatment dengan chlorine.
Setelah ada jaminan air bisa selalu tersedia dengan kualitas yang baik, yang terakhir harus diperhatikan adalah pada saat ayam minum yaitu berhubungan dengan jenis tempat minum (drinke) yang digunakan dan pemasangannya. Drinker manual bell drinke) lebih mudah dibersihkan, namun kemungkinan air tumpah dan membasahi litter cukup tinggi. Berbeda dengan nipple, jika dalam kondisi normal sedikit sekali air yang tumbah ke litter. Namun demikian kedua-duanya harus diatur dengan ketinggian yang proporsional. (Penulis : skm/Sukarman(Sumber: www.cjfeed.co.id)


Sunday, July 11, 2010

Homogenitas Pencampuran Konsentrat dengan Jagung Pada Peternakan Ayam Petelur


Proses pencampuran antara konsentrat dengan jagung, dedak dan bahan tambahan lain terjadi di mixer. Dari mixer inilah ada jaminan bahwa semua bahan tercampur merata, sehingga kandungan obat dan nutrient dalam setiap sudut sama. Ini perlu diketahui oleh para peternak agar performa yang dihasilkan tetap optimal. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam proses ini :
1. Jenis Mixer
Semua jenis mixer dirancang untuk mencampur supaya bahan menjadi homogen, tetapi setiap jenis mixer berbeda-beda tingkat kemampuan mencampurnya jika di hubungkan dengan kapasitas dan kecepatan (mixing time). Mixer ribon atau padle mempunyai kelebihan dan kelemahan masing-masing, begitu juga antara mixer horizontal dan vertikal. Oleh karenanya pemilihan mixer sesuai dengan penggunaanya harus diperhatikan.


2. Berat Jenis Bahan
Beberapa bahan mempunyai density tinggi seperti tepung batu, DCP, namun beberapa lainya mempunyai density rendah seperti polard. Bahan baku yang mempunyai berat jenis tinngi akan cenderung bergerak kebawah sehingga waktu mixer yang dibutukan juga lebih tinggi jika dibandingkan pakan yang tidak banyak mengandung bahan yang densitynya tinggi. Walaupun tidak selalu pakan yang menggunakan bahan dengan density tinggi menghasilkan pakan dengan density tinggi.
3. Kelebihan atau kekurangan
Kelebihan atau kekurangan volume bahan dalam mixer juga tidak baik, standart umum digunakan adalah 2/3 dari volume mixer. Contoh Volume Mixer 5 ton hanya bisa digunakan untuk 3.5-4 ton saja. Ini juga tergantung dari desity bahan yang digunakan seperti tersebut diatas, karena bahan yang densitynya rendah sangat memakan tempat. Oleh karena itu perlu di ingat ukuran mixer bukanlah tonase tetapi M3 ­­ supaya ada keleluasaan seberapa banyak orang akan mengisi mixernya agar tetap homogen.
4. Partikel Size Bahan
Beragamnya partikel size perlu dipertimbangkan untuk menentukan waktu mixing yang tepat agar tetap homogen.
5. Waktu Mixer
Waktu yang dibutuhkan oleh mixer agar semua bahan dapat homogen disebut dengan Mixing Time. Walaupun kapasitas mixer sama tetapi tidak semua produk mendapat perlakuan yang sama dalam hal mixing time agar produk bisa homogen. Penentuan waktu mixing dipengaruhi oleh ke-4 hal tersebut diatas dan terutama hasil tes homogenitas mixer itu sendiri.
Homogenitas
Homogenitas ini menjadi salah satu tolak ukur apakah pakan yang dibuat dapat dipertanggung jawabkan kualitas dan keamananya bagi ternak. Walaupun secara formulasi telah memenuhi standar, namun jika proses mixer kurang baik dalam artian homogenitasnya maka performance ternak secara keseluruhan tidak akan bagus. Bahkan bisa membahayakan kesehatan ternak itu sendiri karena ketidak homogenan obat didalamnya.
Oleh karena itu perlu adanya teknik untuk mengetahui apakah hasil mixer sudah homogen atau belum. Teknik ini sangat diperlukan baik oleh feed mill atau farm-farm yang biasa mencampur pakan sendiri.
Langkah-langkah yang diperlukan antara lain :
1. Koleksi Sample
Koleksi sample yang dimaksud adalah contoh produk yang telah di mixer dengan waktu tertentu pada mixer yang diharapkan dapat mewakili semua pakan dalam mixer tersebut. Paling tidak ada 10 titik yang harus diambil samplenya sehingga bisa yakin bahwa semua bagian terwakili.
Teknik pengambilan sample itu sendiri tergantung dari manufaktur yang ada, untuk farm bisa dilakukan pemberhentian mixer sesat. Namun perlu diperhatikan pada saat menjalankan mixer kembali karena putaran mixer dikontrol dengan sistem DOL. Pengambilan sample yang terbaik adalah dilakukan setelah mixer dengan mencatat waktu pengeluaran dari mixer yang kemudian dibagi rata. Interval inilah yang digunakan sebagai patokan titik-titik sample yang diambil. Metode inilah yang dilakukan di beberapa feedmill sebelum pakan melewati rotary dreser.

Gambar 1. Contoh Skema pengambilan sample pada Horizontal Mixer (Paddle)
2. Menganalisa Sample
Ada beberapa teknik analisa sample untuk uji homogenitas mixer, tetapi pada prinsipnya adalah jika bahan yang jumlahnya kecil saja homogen maka bahan yang penggunaan banyak pasti juga lebih homogen. Beberapa teknik yang sering digunakan adalah :
a. Penggunaan Micro Tracer
Caranya adalah dengan menambahkan sejumlah micro tracer kedalam bahan yang akan di mixer, dan kemudian menghitungnya dalam sample - sample yang telah diambil. Dari sample inilah akan dihasilkan data yang akan dianalisisa secara statistik apakah homogen atau tidak.
b. Metode Quantab
Merupakan Test NaCl dengan “Quantab”.
c. Pengukuran Kandungan Garam NaCl
Pengecekan bisa dilakukan di laboratorium kimia.
3. Analisa Data
Dari data analisa sample kemudian di analisis secara statistik seperti contoh berikut :

Jika hasil analisa secara statistik menunjukkan bahwa koefisien of variant pada level 85- 90 % maka waktu mixer sebaiknya ditambah 50 %; sedangkan jika berada pada angka 80-85% maka waktu mixer perlu ditambah 100% dari waktu sebelumnya. Jika hasil sangat buruk (<80%)>ufactur, waktu mixer dan isi dari mixer. Isi yang terlalu banyak atau sedikit bisa menyebabkan homogenitas menurun. (Penulis :skm/Sukarman)(sumber : www.cjfeed.co.id)

Thursday, April 1, 2010

Pigmentasi pada Broiler dan Faktor yang Mempengaruhinya

Selama bekerja di feedmill penulis sering mendengar keluhan dari peternak tentang warna pakan, dan itu hampir terjadi di seluruh wilayah baik jawa timur, medan maupun jawa barat. Ketika warna pakan sedikit gelap atau hitam peternak berasumsi bahwa pakan banyak mengandung dedak padi, copra atau bahan lain yang warnanya gelap.Tetapi sebenarnya ada yang lebih penting dari sekedar warna pakan, yaitu warna kaki, paruh, kulit dan kuning telur. Peternak seharusnya tahu bahwa membuat warna pakan menjadi kuning

itu suatu hal yang mudah; dengan menambahkan sedikit pewarna makanan saja, pakan bisa berwarna kuning. Sedangkan warna kaki dan paruh tidak bisa berubah dengan penambahan pewarna karena warna kaki, paruh dan kulit tidak semata di pengaruhi oleh warna pakan.
Warna kuning pada kaki, paruh dan kulit ayam broiler adalah hasil dari pigmentasi. Pigment tersebut berasal dari pakan yang sering kita sebut dengan nama xanthophyll. Namun demikian tidak lantas ketika kandungan xanthophyll pada pakan tinggi bisa dipastikan warna kaki akan kuning. Ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi proses penyerapan pigment tersebut dalam tubuh ayam broiler. Hal ini meski diketahui oleh semua pihak, baik pabrik pakan maupun peternak. Karena kerjasama yang baik antara produsen pakan dengan peternak tentunya akan menghasilkan pigmentasi yang optimal. Apalagi ketika kondisi sumber xanthophyll seperti jagung dan CGM harganya mahal.
Paling tidak ada 4 faktor yang sangat berpengaruh besar tehadap pigmentasi pada ayam broiler. Faktor-faktor tersebut antara lain :
1.Bahan Baku Pakan
Bahan baku sumber pigment pada pakan cukup banyak diantaranya adalah Jagung kuning, CGM, tepung daun alfalfa, marigold, DDGS dan ganggang. Bahan baku sumber xanthophyll yang biasa di gunakan di Indonesia adalah jagung dan CGM. Semakin banyak bahan tersebut digunakan dalam pakan semakin tinggi juga kandungan pigment kuning dalam pakan. Sebenarnya pigment dalam bahan baku juga terbagi menjadi Caroten dan xanthophyll (Lutein, Canthaxanthin, Zeaxanthin, Capsaxantin). Namun xanthophylls lebih dominan mempengaruhi pigmentasi pada ayam. Pada kenyataannya 1 jenis bahan baku bisa mempunyai kandungan pigment xanthophylls yang berbeda tergantung kondisi daerah asal penanamannya.
2.Formulasi Pakan
Sudah menjadi tanggung jawab seorang nutritionist untuk menghitung kebutuhan ayam secara tepat dari bahan baku yang ada, termasuk juga kandungan xanthophyll. Jika xnthophyll dari bahan baku tidak mencukupi, subtitusi dengan Carophyll Reed, Charophyll Yellow, Oroglo atau Citranxantin bisa menjadi alternatif untuk memenuhi kekurangan kandungan xanthophyll dalam pakan. Penambahan xanthophylls sintetik mungkin akan lebih mahal dibandingkan dengan menggunakan xanthophylls alami. Ini juga tergantung pada permintaan dan kondisi pasar. Di Jawa timur diissuekan bahwa harga broiler dengan warna kaki kuning lebih mahal di bandingkan yang kakinya berwarna pucat. Ini adalah tantangan dan peluang bagi feedmill untuk merebut pasar.
3.Menejemen dan Kondisi Ayam
Sejak menejemen diketahui mempunyai peranan yang sangat penting pada performan hal tersebut sangat di perhatikan. Untuk masalah pigmentasi, pencahayaan dipercaya cukup berpengaruh; kandang yang gelap akan meningkatkan pigmentasi. Perbedaan strain dan umur juga bisa membuat warna kuning pada kaki dan paruh berbeda. Ayam yang lebih tua lebih banyak endapan pigmentnya dalam kaki, paruh dan kulit Hal tersebut karena butuh waktu untuk mendeposisi pigment dalam tubuh. Paling tidak diperlukan waktu 21 hari untuk mendapatkan warna yang diinginkan pada broiler. Pemberian xanthophyll yang berlebihan juga tidak selalu akan menambah warna kuning, karena proses pigmentasi juga di pengaruhi oleh deposit pigment dalam tubuh terutama pada ayam petelur.
Beberapa penyakit juga diketahui berpengaruh terhadap proses pigmentasi pada broiler diantaranya yaitu koksidiosis, enteristis, infeksi Eimeria sp, infeksi saluran pencernaan dan infeksi parasit. Oleh karenanya peternak meski menjaga supaya ayam tetap sehat agar pigmentasi bisa optimal. Diantara efek dari penyakit tersebut adalah penurunan konsumsi pakan, termasuk juga pada saat kondisi lingkungan sangat panas pigmentasi pada kuning telur berkurang 33% akibat pengurangan konsumsi pakan.
4.Kondisi Pakan
Pakan merupakan campuran dari berbagai jenis bahan baku, telah dibahas di atas setiap bahan baku mempunyai kandungan pigment xanthophylll yang berbeda. Sumber xanthophyll terbesar dalam pakan berasal dari jagung dan CGM, oleh karena itu qualitas bahan tersebut harus stabil untuk mempertahankan stabilitas kadar xanthophylls dalam pakan. Bahan baku sumber pigment (xanthophyll) yang berbeda juga mempunyai kemampuan yang berbeda pula dalam hal pigmentasi. Zeaxanthin pada jagung lebih dominan dalam mempengaruhi warna kulit dibandingkan dengan lutein dari tepung alfalfa Oleh karenanya penting sekali untuk memilih sumber xanthophyll yang bagus apabila akan menggunakannya sebagai subtitusi pigment jagung dan CGM.
Pigment xanthopyll juga akan rusak dengan berjalannya waktu, kerusakan pigment tersebut disebabkan karena penyimpanan yang terlalu lama dan proses oksidasi. Oleh karenanya penting sekali memasukkan antioksidan berkualitas tinggi seperti Ethosiquin kedalam pakan untuk menjaga kestabilan ativitas pigment. Komposisi pakan seperti antioksidan, Vitamin A minyak tertentu dan Vitamin E juga mempunyai pengaruh terhadap aktivitas pigmentasi. Kandungan vitamin A dan Mineral yang terlalu tinggi juga berpotensi mengurangi pigmentasi.
Kerusakan pakan lainnya seperti jamur juga harus di cegah agar pigmentasi lebih optimal. Jamur tertentu seperti Aspergilus flavus menghasilkan aflatoxin yang bisa dipastikan akan menggangu aktivitas pigmentasi.
Berapa kadar xanthophyll yang di perlukan dan bagaimana mengukurnya?
Xanthophyll bukan nutrient yang murah, oleh karena itu perlu sekali untuk memberikan level yang tepat pada pakan. Selain bermanfaat pada pigmentasi carotenoid juga bisa memperbaiki immune dan fertility. Sehingga walaupun mahal tetap harus diperhitungkan dalam pakan. Level xanthophyll pada pakan broiler 16 mg/kg sudah cukup untuk memberikan warna normal pada kaki dan paruh. Pada ayam petelur level xanthophylls > 15 mg/kg pakan akan memberikan warna kuning telur di kisaran 5-7 skala RCF. Perlu diketahui juga bahwa pengukuran pigmentasi bisa dilakukan dengan beberapa metode diataranya adalah :
1. Keragaman Warna kulit
Warna ujung sayap sebagai patokan warna yang paling pucat diikuti warna kaki, punggung dan bagian dada
2. Mata Warna IDL
Merupakan photometer yang digunakan untuk menetukan warna kulit
3. Standart NEPA (National Egg and Poultry Assosiation)
Menggunakan Kalium Bikhromat dengan konsentrasi bertingkat, skornya berkisar 0-5 dengan definisi sebagi berikut : 0 (sangat pucat), 1 (kuning terang), 2 (kuning gelap), 3 (oranye normal), 4 (oranye gelap), 5 oranye sangat gelap. Ayam broiler membutuhkan Xanthophyll sebanyak 11 mg/kg pakan agar menghasilkan skor NEPA 1; 66 mg/kg pakan Xanthophyll untuk nilai NEPA 5.
4. Kipas Warna Roche (RCF)
Mencocokan warna kulit dengan warna yang ada pada kipas, cara ini adalah cara yang paling mudah digunakan. (Telah di Terbitkan di Poultry Indonesia Juni 2008).

Tuesday, August 11, 2009

Tak Ada Jagung DDGs pun Jadi

Produksi jagung didunia menurut USDA mencapai 27.054 juta bushel tetapi alokasi jagung untuk pakan ternak berkurang karena adanya peningkatan produksi ethanol di USA. Produksi ethanol di USA sekarang mencapai lebih 5000 juta galon yang menggunakan 18,3% jagung dari total produksi jagung di USA dan diprediksikan akan terus meningkat.


Tentunya ini sangat dirasakan efeknya bagi industri peternakan
yang tahun terakhir ini tidak pernah lagi mendapatkan jagung impor dengan harga kurang dari Rp.2000,-/kg. Oleh karena itulah para ahli pakan di dunia berbondong-bondong melakukan penelitian tentang penggunaan hasil ikutan produksi ethanol yaitu DDGS. Para ahli merekomendasikan penggunaan DDGS untuk pakan ternak sebagai berikut :
Feedmiller di Indonesia juga sudah banyak yang mencoba menggunkan DDGS sejak tahun 2004, namun hanya sedikit, bahkan mungkin tidak ada yang melakukan publikasi di media masa lokal. Tulisan ini berusaha menjawab kekurangan tersebut, mencoba menjabarkan apa itu DDGS dan bagaimana mempertimbangkanya dalam pakan unggas.
Apa itu DDGS ?
Merupakan hasil ikutan pembuatan ethanol dengan menggunakan proses fermentasi seperti gambar 1. Jika 100 kg jagung dibuat menjadi ethanol maka akan menghasilkan 36 liter ethanol, 32 kg DDGS dan 32 kg Carbon dioksida. Artinya kandungan nutrisi dari DDGS bisa diperkirakan 3 kali lipat nilai nutrisi pada jagung. Sebagaimana jagung DDGS juga mempunyai kekurangan dalam hal lysin, terutama lysin digestable.
Bagaimana mempertimbangkan Qualitas DDGS ?
Sebelum menggunakan DDGS dalam pakan ada beberapa hal yang harus di perhatikan :
Variasi Hasil Analisa Proximat
Menurut Nick Dale dan Amy Batal dari Universitas Georgia, kandungan protein DDGS sangat bervariasi antara 24-29%, begitu juga dengan kandungan serat kasarnya; akan tetapi kandungan lemak relatif hampir sama. Oleh karena itu setiap kali menerima DDGS sebaiknya kandungan protein terendah yang digunakan dalam spesifikasi bahan baku untuk pakan ternak.
Berikut ini adalah hasil nilai nutrisi DDGS :

Asam Amino
Asam amino menjadi perhatian khusus oleh para ahli nutrisi sejak di ketemukanya merupakan dari penyusun protein. Kandungan asam amino DDGS sangat bagus, lebih tinggi dibandingkan jagung .Namun demikian ada 1 asam amino yaitu lysin yang rendah digestablenya karena proses pengeringan. Sampai saat ini di percaya bahwa ada perbedaan kandungan asam amino pada DDGS yang berbeda warna, umumnya DDGS dengan warna lebih terang kandungan asam aminonya lebih tinggi total maupun digestablenya.

Adanya korelasi perbedaan warna dengan kandungan nutrisi menunjukan adanya penurunan kandungan lysin disebabkan karena faktor prosesing/peneringan. Berikut ini adalah kandungan asam amino dari ketiga sample yang berbeda warnanya:

Metabolisme Energy
Tidak ditemukan perbedaan kandungan metabolisme energi antara DDGS berwarna terang dengan yang berwarna gelap. Ada korelasi antara kandungan serat kasar pada DDGS dengan Energi Metabolisme, tetapi kadungan energy 2800 kcal/kg bisa digunakan untuk formulasi. Berikut adalah publikasi dari Department Poultry Science, Universitas Georgia tentang kandungan True Metabilosme Energy:


Phospor Available
Phospor available bisa mencapai 65% dari total phospor, ini diduga karena adanya proses fermentasi dimana yeast mengahasilakn sedikit enzyme phytase yang mampu melepas phospor yang diikat oleh phytat.
Mycotoxin
Hanya nilai nutrient saja yang meningkat 3 kali lipat dari jagung, namun kandungan toxin/mycotoxin juga ada kemungkinan meningkat karena proses fermentasi tidak merusak mycotoxin. Walaupun demikian mungkin industri alkohol mempertimbangkan qualitas jagung, mungkin saja qualitas jagung yang berjamur karena penyimpanan akan menghasilkan efisiensi yang berbeda dalam menghasilkan alkohol.
Partikel Size dan Density
Dalam prakteknya industri pakan di indonesia sangat memperhatikan partikel size dari pakan. Qualitas dari pellet dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya specs mesin pellet (Die),Condisioner, fat, jenis bahan baku, dan partikel size dari bahan baku. Oleh karenanya penting mempertimbangkan partikel size DDGS terutama yang akan digunakan untuk pakan broiler pre-starter. Pertimbangan density pakan penting juga karena kapasitas tembolok ayam juga terbatas. Jika density pakan terlalu rendah kapasitas tembolok sudah terpenuhi tetapi kebutuhan nutrient belum tercukupi. (Telah di terbitkan di Majalah Trobos, Edisi Dec 2007).

Monday, March 2, 2009

Gantikn jagung dengan singkong.

Isu kenaikan harga BBM dunia yang diprediksikan akan menembus angka 100 US Dolar per barel membuat para ahli mencari sumber daya alam yang bisa di jadikan biofuel. Di Amerika sebagian jagung sudah di gunakan untuk produksi ethanol sehingga harga jagung meningkat, sektor peternakan ikut terimbas akan hal ini. Lain halnya di Indonesia, 6,5 kg singkong berpotensi menghasilkan 1 liter alcohol (www.bigcassava.com), lebih rendah dibandingkan dengan jagung yang hanya membutuhkan 2,77 kg jagung untuk menghasilkan 1 liter ethanol. Namun karena harga singkong jauh lebih rendah dari pada jagung, ini akan menjadi peluang tersendiri bagi pemain bisnis di Indonesia.
Benahi bibit untuk tingkatkan Value Bagi Petani
Produksi jagung saat ini bisa mencapai 7-8 ton per ha, dengan masa panen sekitar 3 bulan. Itu artinya jika harga jagung dari level petani Rp. 2.000,- maka pendapatan kotor petani jagung per 3 bulan bisa mencapai Rp. 14 juta – Rp. 16 juta. Sedangkan singkong produksinya saat ini di level petani 10-20 ton per ha (http//www2.kompas.com/ver1/Negeriku/0711/08/152226.htm, kamis, 8 Nov 207). Padahal potensi ini masih bisa di kembangkan. Saat ini sudah ada bibit jenis singkong yang produktivitasnya bisa mencapai 90-100 ton/ha. Jika setiap batang menghasilkan 10-11 kg ubi maka produktivitas singkong bisa mencapai 100 ton per ha ( www.trubus–online.com, rabu 31 oktober 2007). Umur panen singkong lebih lama dibandingkan dengan umur panen jagung , rata-rata umur panen singkong adalah 6-8 bulan. Kisaran harga singkong di level petani Rp. 300,-/kg, sehingga petani mampu merauk pendapatan kotor Rp 30 juta /ha. Selain itu kelebihan singkong dibanding jagung dalam hal budidaya adalah singkong mampu hidup dilahan kritis dan lebih tahan terhadap hama dan penyakit.
Peluang Penggunaan Singkong dan Daunnya dalam Pakan Ternak
Bagi sector peternakan ketersediaan singkong menjadi faktor pembatas utama sehingga tidak banyak pabrik yang menggunakannya, selain itu kandungan proteinnya juga jauh lebih rendah dibandingkan jagung walaupun energinya relative mendekati. Berikut ini adalah kandungan nutrisi
jagung, singkong (gaplek) dan daunnya :
Tabel 1. Kandungan nutrisi jagung, gaplek dan tepung daun singkong
* dikutip dari Buku Nutrisi Ayam Broiler karya Dr. Ibnu Katsir A (2002)
Kandungan tepung daun singkong sengaja di tampilkan oleh penulis untuk mensiasati, perbedaan kandungan nutrisi terutama protein dan asam aminonya. Kombinasi 75% gaplek ditambahkan 25% tepung daun singkong mengasilkan bahan baku pakan yang mampu bersaing dengan jagung. Berikut adalah perbadingan antara kombinasi tersebut dengan jagung:
Jika Gaplek berdiri sendiri maka kandungan proteinnya hanya 2%, dengan kadar energi lebih rendah juga dibanding jagung sehingga dalam formulasi pakan ternak program akan menuntut gaplek dinilai dengan harga yang rendah. Tetapi kombinasi gaplek dengan tepung daun singkong maka nilai jual bahan tersebut akan meningkat sebagai berikut :
Jagung
Harga Jagung : Rp. 2400, /kg
ME Poultry : 3329 kcal/kg
Protein : 8,5 %
75 Gaplek +25 Tp daun Singkong
ME Poultry : 2635 kcal/kg
Protein : 8,5 %
Harga : ??????
Harga ME jagung =( Rp. 2400,-/kg) : 3329 kcal./kg = Rp. 0,72,- /kcal
Jika harga energi per kcal sama untuk setiap bahan yang dibandingkan, maka harga yang layak bagi campuran Gaplek 75% +Tepung daun singkong 25% adalah :
Rp. 0,72 /kcal x 2635 kcal/kg = Rp. 1899,67/kg ( Rp. 1900,-)
Dengan demikian harga per protein jagung adalah 2400/8,5% = Rp. 282,- harga protein bahan campuran 75%gaplek dan 25%tepung daun singkong sebesar Rp. 224,- lebih murah Rp. 58,- per persen protein. Penambahan daun singkong juga menutupi kekurangan gaplek mengenai kandungan caratenoid yang berpengaruh terhadap pewarnaan pada kulit dan shank.
Seberapa Banyak campuran ini bisa di Pakai pada pakan Unggas ???
Untuk menjawab pertanyaan ini harus dilihat dari hasil research para ahli pakan ternak, karena singkong dan daunnya mempunyai kelemahan pada kandungan HCN; dan juga penggunaan daun singkong serta gaplek pada dasarnya sudah di teliti sejak lama. Berikut adalah hasil-hasil penelitian terdahulu yang menyangkut gaplek:
Mariogarcia (1999) menyatakan bahwa level penggunaan gaplek di Eropa maksimal 25% (10-15% untuk pakan starter)
Berbeda dengan daun singkong, hanya ada seddikit penelitian tentang hal ini. Tahun 1979 D. Wyllie dan P.D Chamanga merekomendasikan penggunaan tepung daun singkong dan tangkainya sebanyak 15% untuk pakan broiler; Vanthana Sann dan Loan Chumm Phith (2004) merekomendasikan penggunaan daun singkong tidak lebih dari 20% untuk monogastrik (broiler dan babi); penelitian juga dilakukan oleh Julian Buitrago et. al dari Columbia yang merekomendasikan penggunaan daun singkong pada unggas sebesar 6-8% saja. Perbandingan berikut adalah rekomendasi penggunaan gaplek dan daun singkong untuk pakan oleh 2 peneliti yang berbeda Negara asalnya:
Berdasarkan literature yang ada maka campuran gaplek 75% +daun singkong 25% masih memungkinkan digunakan sebanyak 25% dalam pakan unggas. Namun demikian masih harus dilakukan penelitian yang lebih mendalam terutama di Indonesia, dan dikaji tidak hanya ketersediannya tetapi juga bagaimana menyediakannya. (Telah di terbitkan di Majalah PoultryIndonesia Edisi Feb 2008).

Friday, December 12, 2008

Dedak padi dan cara menilainya.

Dedak merupakan hasil ikutan padi, jumlahnya sekitar 10% dari jumlah padi yang di giling menjadi beras. Bahan ini biasa digunakan sebagai sumber energi bagi pakan layer, yang mana penggunaanya rata-rata mencapai 10-20% di usis produksi. Menurut NRC 1994, energi yang terkandung dalam dedak padi bisa mencapai 2980 kcal/kg. Namun nilai ini bukan harga mati, karena jumlah energi yang bisa dihasilkan dari nutrient yang ada pada dedak tergantung dari jumlah serat kasar, dan kualitas lemak yang ada didalamnya. Semakin tinggi serat kasar maka semakin rendah pula jumlah energinya. Indikator tingginya serat kasar bisa di lihat dari jumlah hull/sekam nya dengan cara menaganalisa dengan phloroglucinol . Bau dari dedak padi juga harus fresh, karena jika baunya sudah tengik berarti telah terjadi reaksi kimia pada lemak yang ada didalam dedak tersebut. Artinya jumlah energi dari lemaksnya juga semakin sedikit. Pada musim penghujan perlu diwaspadai juga dedak padi dengan kadar air tinggi, biasanya dedak semacam ini cepat rusak (menggumpal) dan akan memicu terjadinya oksidasi pada lemaknya.
Berikut ini adalah skema pemrosesan dedak padi :

Dari hal tersebut diatas maka peternak sebaiknya mempertimbangkan penerimaan dedak padi berdasarkan kualitasnya. Berikut ini adalah cara memilih dedak padi yang baik untuk ayam petelur.
1. Analisa Fisik
Warna harus cokllat cerah dan tidak menggumpal, biasanya rice bran yang menggumpal mempunyai kadar air tinggi. Baunya juga tidak “tengik” (rancid), bau tengik biasanya disebabkan karena proses oksidasi, karena dedak banyak mengandung asam lemak tak jenuh yang mudah tengik. Ini juga menjadi indikasi bahw a dedak yang disimpan sudah cukup lama.
2. Proximat Analysis
Uji ini adalah uji dasar untuk semuabahan baku yang akan dibuat pakan termasuk rice bran. Teknik analysa proximat tidak dicantumkan dalam tulisan ini, karena membutuhkan banyak peralatan dan cukup mahal biayanya. Namun demikian ada beberapa nutrient yang harus tetap di uji untuk bisa menentukan nilai Energi metabolis dan Asam Amino dalam rice bran n diantaranya adalah kadar air, protein, serat kasar, dan ash (abu). Standart hasil analisa proximat rice bran yang umumnya dipakai adalah sebagai berikut :
Standart Hasil Analisa Proximat :

SNI 01-3178-1996-REV.1992 Dedak Padi Kualitas I
3. Kandungan Sekam/hull
Kandungan sekam mempunyai korelasi positif terhadap kandungan serat kasar. Semakin tinggi kandungan sekam, semakin tinggi juga kandungan serat kasarnya. Oleh karena itu perlu ada batasan dan teknik untuk mengetahui apakah kandungan sekam normal atau tidak. Kandungan sekam umumnya kurang dari 13 %, namun seringkali ditemukan dedak padi yang kandungan sekamnya lebih dari 15%. Untuk menhindari penggunakan penggunaan dedak padi dengan kandungan sekam lebih dari 15%, perlu dilakukan test dengan flourogucinol. Karena telah diketahui bahwa flouroglucinol tidak bereaksi dengan dedak namun memberikan warna merah pada kulit padi (sekam). Uji dengan flouroglucinol ini juga bisa mendeteksi jika dedak padi di campur atau terkontaminasi dengan serbuk gergaji karena pada prinsipnya flouroglucinol bereaksi dengan lignin yang ada dalam kulit padi.
Langkah – Langkah pengecekan Hull (sekam) :
    1. Grinding Sekam dan Kulit Gabah (hull)
    2. Dedak padi Grade A disaring dengan Sieve 0.6 mm
    3. Siapkan standart Dedak padi + 5%; 10%, 15%, 20%, 25% sekam
    4. Timbang masing-masing 1 gram dedak padi standart pada petri disk
    5. Timbang sample 1 gram dan letakan pada petri disk
    6. Pipet 4 ml phloroglucinol ke masing-masing petri diks
    7. Aduk sampai homogen
    8. Diamkan 10-15 menit
    9. Lihat perubahan warna dan bandingkan dengan standart
4. Kontaminasi Bahan Organik
Ini perlu dihindari, karena kontaminasi dengan bahan lain apapun bisa merubah komposisi nutrient, yang mana tidak semua nutrient (asam amino) selalu dianalisa sebelum digunakan. Teknik yang sering dilakukan untuk mendeteksi adanya kontaminan bahan anorganik seperti Zeolit yaitu dengan mereaksikan dengan CCl4 . Prinsipnya bahwa bahan organik akan mengapung jika ditambahkan zat tersebut sedangkan bahan anorganik tetap akan tenggelam
5. Kontaminasi dengan Kapur
Kontaminasi kapur pada dedak padi sering ditemukan dilapangan, karena memang harga kapur jauh lebih rendah dibandingkan dengan dedak, dan warnanyapun tidak banyak merubah warna dasar dedak. Kontaminasi dengan kapur secara fisik akan sulit diketahui, namun karena kapur dan dedak padi mempunyai perbedaan density yang cukup banyak sehingga merubah density dedak yang terkontaminasi. Density dedak rata-rata 350 gram/lt, sedangkan density dedak yang terkontaminasi kapur bisa mencapai 450 gram/lt.
Selain dari segi perbdaan density, kontaminasi dengan kapur juga bisa di uji secara kimiawi. Adanya reaksi HCL dengan kapur bisa digunakan untuk menguji adanya kontaminasi tersebut.
Peternak juga perlu memperhitungkan energi yang terkandung didalam dedak padi dengan cermat. Berikut adalah Simulasi hubungan energi pada dedak padi dengan nilai nutrisinya. Perubahan nilai protein biasanya tidak signifikan pengaruhnya terhadap kandungan energi, sedangkan peningkatan kandungan serat kasar dan abu akan menurunkan nilai energi cukup banyak.Berikut ini adlah contoh simulasi kandungan energi karen perubahan kadar serat kasar dan abu (Ash) :
Semoga bermanfaat.

Monday, March 10, 2008

10 ide yang akan merubah nutrisi dan unggas

Computerised Knowledge , untuk mengoptimalkan program nutrisi unggasSebagai contoh adalah untuk membuat simulasi modeling, yang mana bisa menentukan impact dari perubahan terhadap performance, resiko dan analysis holistic.
Replacement of Ingredient, di USA bahan baku alternative untuk ternak tidaklah banyak.tetapi adanya bahan baku baru lebih penting
dari pada perkembangan industry biofuels. Banayk sekali proyek-proyek penelitian tentang DDGS (by Produk industry biofuels),
Enhanched Nutritional feed by Enzyme, banyak sekali studi tentang enzyme. Dan kita akan lebih banyak tau bagaimana pemekaiannya dalam berbagai situasi dan cara mengkombinasinya. Enzyme mempunyai banyak potensi untuk mengurangi efek anti nutritional factor meningkatkan ketersediaan (availability) untuk meningkatkan digestability dan penyerapan., meningktakan nilai energy pada bahan baku dan menjadikan formulasi lebih mudah (feasible). Tentu saja ini akan mengurangi biaya formula dan kestabilan microflora dalam saluran pencernaan.
Nutritional effect on Gut Ecology, Akan banyak sekali penelitian tentang hal ini. Focusnya adalah untuk strategi nutrisi yang dapat mengatur microflora dalam saluran pencernaan dan meningkatkan kesehatan saluran pencernaan.
Nutritional Modulation of Gut Health, Masih ada satu pertanyaan tentang hal ini. Yaitu bagaimana mendefinisikan dan menentukan status kesehatan dsaluran pencernaan.
Pronutrient Sinergy
Feed Science and Nutrient stabilization,perbaikan kualitas pellet akan meningkatkan efisiensi .
Neonatal and Perinatal Nutrition
Nutrigenomics,
Epigenetic Programming.
(Feed International June 2009)